Selasa, 20 Maret 2012

CARA MERAWAT RAMBUT GIMBAL / DREADLOCK

Berikut ini adalah beberapa langkah perawatan bagi teman-teman yang memiliki rambut gimbal atau dreadlocks :
  1. Para pakar rambut menyarankan untuk tidak membasahi rambut dalam jangka waktu empat hingga enam minggu setelah proses penggimbalan. Dalam kurun waktu tersebut, bisa dipastikan kulit kepala akan terasa gatal dan sangat kotor karena debu dan minyak yang berasal dari kulit kepala. Nah, untuk membersihkan kulit kepala yang gatal, pilih produk perawatan kulit yang tidak menyumbat pori atau menyebabkan penumpukan seperti anti-itch scalp oil dan organic root stimulator herbal cleanser. Tuangkan kedua produk tersebut masing-masing sebanyak satu tetes pada sehelai kapas, dan oleskan sedikit demi sedikit ke kulit kepala.
  2. Pada masa-masa awal, minta bantuan profesional untuk membantu merawat rambut gimbal kamu. Mereka dapat memperlihatkan bagaimana cara menjaga rambut terlihat rapi dan terawat.
  3. Untuk mencegah rambut gimbal terlihat kusam, jauhi produk-produk yang mengandung kadar minyak tinggi seperti petroleum jelly dan petrolaum. Produk-produk tersebut bisa menyebabkan penumpukan dan menyisakan residu yang dapat merusak gimbal.
  4. Jangan pula menggunakan lilin (wax) meskipun ada pula yang berargumen sebaliknya. Dalam banyak kasus, penggunaan lilin dapat menyebabkab penumpukan di sela-sela rambut dan meninggalkan residu lengket seiring berlalunya waktu. Sebagai alternatif, gunakan produk yang memiliki kandungan minyak yang hampir mirip dengan minyak alami rambut, seperti minyak patchouli atau essential oils seperti tea tree oil, rosemary oil, atau jojoba oil. Tea tree oil sebenarnya merupakan pilihan yang paling tepat karena dapat menghilangkan rasa gatal pada kulit kepala.
  5. Untuk menjaga gimbal agar tidak rusak, gunakan penutup kepala longgar yang terbuat dari satin atau sutra ketika tidur. Bahan polyester juga pilihan yang baik karena membiarkan rambut bernafas meskipun ditutupi. Jika tidak mau menggunakan tutup kepala, gunakan sarung bantal yang terbuat dari satin atau sutra.
  6. Jika gimbal sudah jadi, beberapa pakar rambut menyarankan untuk melakukan keramas setiap dua sampai tiga minggu sekali. Akan tetapi, frekuensi ini masih dapat disesuaikan dengan kebutuhan kamu. Keramas rambut secara hati-hati dan lembut. Ketika membasuh kulit kepala, pijat secara lembut menggunakan ujung-ujung jari dan jaga agar gimbal tidak kusut.
  7. Gunakan shampoo yang mampu menjaga kelembapan alami serta menjaga derajat keasaman rambut. Untuk conditioner, beberapa orang memilih untuk tidak menggunakannya karena khawatir akan mengendurkan gimbal dan membuat rambut terlampau lembut.
sumber : indoreggae.com

MEGAMENDUNG , CIREBON BATIK DESIGN GO INTERNATIONAL!!

MEGAMENDUNG ,  salah satu motif batik indonesia yang tentunya menjadi ikon cirebon , yaitu motif bergambar awan yg berarak-arak di langit , jelas menjadi kebanggan tersendiri bagi saya sebagai warga cirebon , karena memiliki nilai seni , sejarah , serta filosofi yang tinggi.
megamendung sendiri memiliki ciri yang khas ang tidak ditemui di daerah penghasil batik lainnya , bahkan karena hanya ada di Cirebon , departemen kebudayaan dan pariwisata RI akan mendaftarkan megamendung ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu world heritage. Megamendung pernah menjadi cover sebuah buku tentang batik terbitan luar negri yang judulnya "Batik Design" , karya seseorang berkebangsaan Belanda bernama Pepin van roojen.
sudah jelas terbukti bahwa motif batik megamendung sudah terkenal di indonesia dan mancanegara , suatu kebanggan dan nilai budaya yang tidak tergantikan nilainya .

Senin, 19 Maret 2012

Cirebon , Reggae , dan unsur persatuannya yang kuat

Cirebon , salah satu kota yang berada tepat di pinggir pantai , terkenal dengan tari topeng dan tarling dalam hal seni , serta nasi jamblangnya dalam segi makanan (di mata kota lain berdasarkan pengalaman saya melakukan observasi tentang cirebon di mata warga kota lain) , tentu saja itu untuk seni tradisional , sementara itu bagaimana dengan perkembangan seni modern nya ? terutama musik ? dengan simple dari mata saya tergambar bagaikan bunglon yang berpindah pindah tempat dan tentunya warnanya pun berubah-ubah (masih musiman , belum punya warna musik yang tepat) .
seiring dengan genre-genre musik yang singgah dan menghilang di cirebon , pada tahun 2009 Reggae mulai bangkit bergerak dengan progresive menggebrak warna musik cirebon , suatu genre musik asal salah satu kota di africa , yaa tepat ! JAMAICA , reggae sebenarnya sudah lama menyapa warna musik cirebon , namun seperti yg saya bicarakan di atas , warna musik cirebon masih belum stabil .
namun kini revolusi telah terjadi , reggae yang semula minoritas kini sudah hampir menjadi mayoritas di cirebon , karena irama musiknya yg santai , tenang dan easy listening , membuat pendengar yang sudah bosan dijejali beat cepat , dan alunan distorsi , akan merasa tenang dan terasa terhipnotis oleh alunanya yg mendayu-dayu .
selain karena reggae memiliki mudah dinikmati musiknya , di komunitasnya juga reggae menjunjung tinggi nilai solidaritas , anti kekerasan , dan sebagai pengkritik social culture yg tajam (menurut saya sendiri).
tak jarang komunitas reggae bersosialisasi dengan lingkungan , contohnya dengan mengadakan konser-konser amal untuk sesama , dll.
sampai sekarang tahun 2012 , jamaican culture masih melekat di diri diri para penikmat reggae , suatu realisasi besar untuk melambangkan cirebon dengan pemuda pemudi atau siapapun dengan persatuan yg kuat , rasa saling menghargai sesama , cinta kepada alam , dan patriotisme yang tinggi , "lewat musik ini kami bersatu , lewat musik ini kami berprogresi melawan penindasan dan ketidak adilan , dan lewat musik ini juga kita salurkan demo kita terhadap keadan sosial , politik yg sudah melenceng saat ini" tutur budeg (hanya nama panggilan/julukan) salah satu penikmat reggae dan aktifis di komunitas vespa extreme cirebon (haha bahasanya aktifis).
sekian tulisan saya semoga bermanfaat bagi pengunjung ardwinpragara.blogspot.com , terima kasih .
(referensi berdasarkan keadaan lingkungan , dan fakta yg terjadi , image by : google)

Lahirnya Rambut Gimbal

Selain Bob Marley dan Jamaika, rambut gimbal atau lazim disebut “dreadlocks” menjadi titik perhatian dalam fenomena reggae. Saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap bahwa para pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks) itu. Padahal jauh sebelum menjadi gaya, rambut gimbal telah menyusuri sejarah panjang.
Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir’aun dari masa Mesir Kuno, digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu banyak suku asli di Afrika, Australia dan New Guinea yang dikenal dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini masih tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas tradisional.
Membiarkan rambut tumbuh memanjang tanpa perawatan, sehingga akhirnya saling membelit membentuk gimbal, memang telah menjadi bagian praktek gerakan-gerakan spiritualitas di kebudayaan Barat maupun Timur.
Kaum Nazarit di Barat, dan para penganut Yogi, Gyani dan Tapasvi dari segala sekte di India, memiliki rambut gimbal yang dimaksudkan sebagai pengingkaran pada penampilan fisik yang fana, menjadi bagian dari jalan spiritual yang mereka tempuh. Selain itu ada kepercayaan bahwa rambut gimbal membantu meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan mental-spiritual dan supernatural. Keyakinan tersebut dilatari kepercayaan bahwa energi mental dan spiritual manusia keluar melalui ubun-ubun dan rambut, sehingga ketika rambut terkunci belitan maka energi itu akan tertahan dalam tubuh.
Seiring dimulainya masa industrial pada abad ke-19, rambut gimbal mulai sulit diketemukan di daerah Barat. Sampai ketika pada tahun 1914 Marcus Garvey memperkenalkan gerakan religi dan penyadaran identitas kulit hitam lewat UNIA, aspek spiritualitas rambut gimbal dalam agama Hindu dan kaum tribal Afrika diadopsi oleh pengikut gerakan ini. Mereka menyebut diri sebagai kaum “Dread” untuk menyatakan bahwa mereka memiliki rasa gentar dan hormat (dread) pada Tuhan.
Rambut gimbal para Dread iniah yang memunculkan istilah dreadlocks—tatanan rambut para Dread. Saat Rastafarianisme menjadi religi yang dikukuhi kelompok ini pada tahun 1930-an, dreadlocks juga menjelma menjadi simbolisasi sosial Rasta (pengikut ajaran Rastafari).
Simbolisasi ini kental terlihat ketika pada tahun 1930-an Jamaika mengalami gejolak sosial dan politik. Kelompok Rasta merasa tidak puas dengan kondisi sosial dan pemerintah yang ada, lantas membentuk masyarakat tersendiri yang tinggal di tenda-tenda yang didirikan diantara semak belukar. Mereka memiliki tatanan nilai dan praktek keagamaan tersendiri, termasuk memelihara rambut gimbal. Dreadlocks juga mereka praktekkan sebagai pembeda dari para “baldhead” (sebutan untuk orang kulit putih berambut pirang), yang mereka golongkan sebagai kaum Babylon—istilah untuk penguasa penindas. Pertengahan tahun 1960-an perkemahan kelompok Rasta ditutup dan mereka dipindahkan ke daerah Kingston, seperti di kota Trench Town dan Greenwich, tempat dimana musik reggae lahir pada tahun 1968.
Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Dreadlock dengan segera menjadi sebuah trend baru dalam tata rambut dan cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun 1990-an, dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi bagian dari fashion dunia. Dreadlock yang biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk terbentuk, sejak saat itu bisa dibuat oleh salon-salon rambut hanya dalam lima jam! Aneka gaya dreadlock pun ditawarkan, termasuk rambut aneka warna dan “dread perms” alias gaya dreadlock yang permanen.
Meski cenderung lebih identik dengan fashion, secara mendasar dreadlock tetap menjadi bentuk ungkap semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas.
(berbagai sumber, image by : google.com)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review